Dodol Garut
Dodol
Garut merupakan salah satu komoditas yang telah mampu mengangkat citra
Kabupaten Garut sebagai penghasil Dodol yang berkualitas tinggi dan beraneka
ragam jenis Dodol yang diproduksi. Dodol Garut ini dikenal luas karena rasanya
yang khas dan kelenturan yang berbeda dari produk yang sejenis dari daerah
lain.
Industri
ini berkembang sejak tahun 1926, oleh seorang pengusaha yang bernama Ibu
Karsinah dengan proses pembuatan yang sangat sederhana dan terus berkembang
hingga saat ini, hal ini disebabkan karena memiliki cita rasa yang berbeda dan
mampu bersaing dengan jenis dodol yang berasal dari daerah lain. Harganya
terjangkau dan merupakan makanan yang sangat digemari oleh masyarakat. Proses
pembuatannya sangat sederhana dan bahan bakunya mudah diperoleh. Tidak
menggunakan bahan pengawet dan tambahan bahan makanan yang bersifat sintetis. Memiliki
daya tahan cukup lama ( 3 bulan).
Komoditi
ini mudah dikembangkan dengan memodifikasi bahan baku utamanya yaitu dengan
memanfaatkan bahan lain buah waluh, kentang, kacang, pepaya, nenas, sirsak dan
lain-lain. Dekranasda juga membantu pemasaran melalui pameran-pameran,
perbaikan kualitas produk maupun perbaikan desain kemasan melalui
pelatihan-pelatihan.
Jeruk
Garut
Jeruk Garut
Sudah
sejak lama, jeruk Garut telah popular dan menjadi trademark Kabupaten Garut.
Oleh karena itu, sesuai dengan Perda No. 9 Tahun 1981, jeruk garut telah
dijadikan sebagai komponen penyusun lambang daerah Kabupaten Garut. Selain
sebagai buah ciri khas Kabupaten Garut, jeruk merupakan komoditas sub-sektor
pertanian tanaman pangan yang mempunyai prospek cukup cerah dengan nilai
ekonomis yang cukup tinggi.
Sebagai
komoditas unggulan khas daerah, Jeruk Garut mempunyai peluang tinggi untuk
terus dikembangkan karena keunggulan komparatif dan kompetitifnya serta adanya
peluang yang masih terbuka luas. Dengan berbagai usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya, Jeruk Garut akan mampu
bersaing dengan produk sejenis baik pada tingkat l nasional seperti halnya
Jeruk Medan, Jeruk Pontianak serta jeruk impor seperti Jeruk Mandarin dan Jeruk
New Zealand.
Investasi
pada komoditas ini cukup prospektif dan dapat memberikan nilai tambah ekonomis
yang cukup tinggi baik bagi para petani maupun investornya. Dari studi
kelayakan yang dilakukan pada tahun 1997 menunjukkan, untuk tanaman jeruk
seluas 1 Ha (sekitar 500 pohon) akan memberikan gambaran keuntungan riil pada
tahun ke-4 sebesar Rp 39.966.000,00
Sebagai
daerah sentra produksi jeruk, Pemerintah Kabupaten Garut yang didukung oleh
pihak-pihak terkait terus berusaha untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
produksinya. Saat ini belum ada sumber yang melaporkan kapasitas jeruk garut
secara spesifik. Menurut petani jeruk yang dihubungi pihak garut.go.id, pada
masa jayanya, daerah penghasil Jeruk Garut terbaik adalah daerah Cigadog,
Wanaraja yang kini masuk ke dalam wilayah Kecamatan Sucinaraja. Sumber tersebut
mengakui kejayaan Jeruk Garut musnah ketika daerahnya diselimuti abu hasil
letusan Gunung Galunggung yang ketebalannya mencapai 1 meter lebih.
Perlu
diakui bahwa kejayaan Jeruk Garut dulu tidak bisa dirasakan seutuhnya kini.
Sebagai gambaran kejayaannya, pada akhir tahun 1987 populasi jeruk masih
tercatat 1,3 juta pohon yang tersebar di lahan seluas kurang lebih 2.600 hektar
dengan jumlah produksi yang dihasilkan kurang lebih 26.000 ton/tahun. Namun,
dalam kurun waktu 5 tahun kemudian, populasinya menurun drastis. Pada akhir
tahun 1992 tinggal sekira 52.000 pohon. Sehingga tidaklah mengherankan kalau
saat ini, kita tidak melihat deretan penjual jeruk Garut di sepanjang jalan
Bandung - Garut, atau kita tidak akan menemukan pedagang asongan di dalam bis
yang menjajakan jeruk Garut asli..
Menurunnya
populasi jeruk Garut secara extrim lebih diutamakan karena serangan penyakit
citrus vein phloem degeneration (CVPD) yang bersumber dari sebuah bakteri
(bukan virus) bernama lybers bacteri aniaticum. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan peneliti Jepang, Prancis, dan LIPI diketahui bahwa bakteri yang
menggerogoti tanaman jeruk tidak menular lewat tanah ataupun biji yang diambil
dari tanaman jeruk yang terserang penyakit, tetapi ditularkan melalui serangga
sejenis kutu loncat jeruk (diaphorina citry). Kutu loncat jeruk menularkan
penyakit dengan cara mengisap cairan daun berpenyakit, kemudian mengisap daun
jeruk yang sehat. Sekarang tinggal bagaimana memberantas serangga penular
secara efektif agar penyakit ini tidak menyebar luas.
Terungkapnya
sumber penyakit ini, membuat Pemkab Garut melangkah pasti dalam melakukan upaya
rehabilitasi jeruk Garut yang salahsatunya melakukan upaya pengembangan
produksi di lokasi nonendemis.. Upaya dari Pemkab Garut dan para petani itu
perlahan tetapi pasti sudah mulai menampakkan hasil. Kini, telah ditanam
kembali lebih dari 400.000 pohon jeruk atau sekira 40% dari target di atas
lahan seluas 1.000 ha yang tersebar di Kecamatan Samarang, Pasirwangi,
Bayongbong, Cisurupan, Cilawu, Karangpawitan, Pameungpeuk, Cikelet, Cisompet,
dan Cibalong. Semoga upaya ini akan mengembalikan kembali produktivitas Jeruk
Garut sebagai salah satu identitas Kabupaten Garut.
Burayot
Burayot
terbuat dari Gula merah dan tepung beras pilihan, bahan dan rasa sama dengan
makanan khas daerah lainnya yaitu "Ali Agrem", tapi karena dibuat
bundar keriput atau "ngaburayot" (kata orang Sunda) maka dinamakanlah
burayot. Makanan ini banyak diproduksi oleh masyarakat Garut terutama Leles,
karena bahannya mudah didapat dan rasanya yang legit.
Ladu
Ladu
dibuat dari beras ketan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi hidangan
yang khas serta rasanya yang berbeda dengan makanan lainnya. Pertama kali
diperkanalkan oleh masyarakat Malangbong Garut.
Angleng dan Aneka Wajit
Angleng
dan wajit, sebenarnya sama dengan dodol Garut yang diproduksi dari beras Ketan
dan Gula merah. Bedanya adalah Dodol diolah menjadi semacam karamel, sedangkan
wajit tidak. Makanan ini diproduksi oleh masyarakat di kabupaten Garut
khususnya di Kecamatan Cihurip.
Kurupuk Kulit Khas Garut
Makanan
ini berkembang seiring dengan banyaknya penyamakan kulit di kabupaten Garut,
karena pada proses penyamakan ada bagian dari bahan baku kulit yang dibuang
tidak diolah, maka dapat diproses menjadi kerupuk kulit. Kerupuk kulit dan
dorokdok Garut mempunyai citarasa yang sangat khas. Produksi kerupuk kulit
tersebar di Garut Kota, Tarogong dan daerah lainnya.
Pindang Ikan
Penampilan
ikan pindang Garut sama dengan ikan pindang di dearah lainnya, hanya yang
menjadikan berbeda adalah cara pengolahan yang berbeda membuat ikan pindang
Garut juga memiliki citarasa tersendiri yang khas, dan itu membuat orang yang
pernah merasakannya ketagihan. Dapat diperoleh di berbagai tempat khususnya
daerah Cikajang, Cisurupan, dan Cihideung.
Sambel Cibiuk
Menurut
sumber yang tersebar di masyarakat Kecamatan Cibiuk, bahwa resep sambel Cibiuk
dibawa dari Arab. Terlepas benar atau tidaknya, sambel yang dibuat di kecamatan
cibiuk ini mempunyai perbedaan dengan sambal-sambal lainnya karena dibuat dari
bahan: tomat hijau, serawung, cabe rawit dan bumbu lainnya. Walaupun pedas
tetapi tidak akan menimbulkan panas pada perut yang menkonsumsinya. Karena
terkenalnya, maka sekarang restoran dengan menu sambel Cibiuk sudah ada di
berbagai kota besar khususnya Bandung dan Jakarta. Sambal Cibiuk mulanya hanya
disajikan bila ada tamu Istimewa atau Agung. Jaman dahulu sambal ini hanya
dapat dinikmati oleh masyarakat Cibiuk dan para pejabat saja, tetapi seiring
perkembangan peradaban maka sekarang dapat dinikmati oleh seluruh kalangan.
Rumah makan sambal Cibiuk yang ada saat ini di Kecamatan Cibiuk adalah
keturunan-keturunan langsung dari pemegang resep Sambal Cibiuk yang khas. Akan
tetapi untuk sekadar mengenal saja seperti apa sambal Cibiuk, Anda dapat
memesannya di berbagai rumah makan di Garut Kota, Tarogong dan sekitarnya
misalnya di Jl. OTISTA dan Jl. Veteran.
Ceprus
Makanan
ini bisa diperoleh di Garut bagian Selatan. Ceprus adalah singkong bakar panas
dicelupkan pada gula merah yang telah dipanaskan (kinca). Makanan ini tergolong
langka karena hanya tersaji bila di sentra gula merah asli dari pohon kawung
(aren).
Catatan
:
Beberapa
makanan khas Garut di atas hanya dapat diperoleh di daerah asalnya dan sebagian
lainnya dapat diperoleh di banyak toko oleh-oleh yang tersebar hampir di setiap
sudut kota . Sedangkan salah satu tempat jajanan masyarakat yang terbesar di
kota Garut adalah Pasar Ceplak.
Pasar
Ceplak adalah bagian dari denyut keramaian malam di kabupaten Garut. Pasar ini
mempunyai sejarah yang sangat panjang, hingga dapat dikategorikan sebagai
karakteristik kota dari kabupaten Garut. Pasar Ceplak mulai buka setelah Ashar
(Sekitar jam 16-17 WIB) di ruas jalan Siliwangi yang terapit Jl. Cikuray dan
Jl. Ciledug. Di tempat ini berbagai makanan khas Garut dan daerah lain
merangsang selera. Makanan ringan sampai makanan berat, dijual dengan harga
terjangkau serta suasana "kekeluargaan" dan "kerakyatan".
Nama Ceplak sendiri diambil dari beradunya lidah dan langit-langit mulut bila
seseorang sedang makan hingga menimbulkan bunyi (dalam bahasa sunda
"ceplak"). Puncak dari keramaian Pasar Ceplak adalah pada saat bulan
Rhamadhan, akhir pekan, dan hari libur.
0 komentar: